Halaman

Minggu, 09 Mei 2010

BIOGRAFI YOHANES SURYA

Nama : Yohanes Surya
Lahir : Jakarta 6 November 1963
Isteri : Christina
Anak : Chrisanthy Rebecca Surya
Marie Felicia Surya
Marcia Ann Surya


Pendidikan

1968 – 1974 : SD Pulogadung Petang II Jakarta Timur

1974 – 1977 : SMPN 90 Jakarta

1977 – 1981 : SMAN 12 Jakarta

1981 – 1986 : Jurusan Fisika FMIPAUI dengan gelar Drs.

1988 – 1990 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar M.Sc.

1990 – 1994 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar Ph.D GPA 4.0


Pengalaman Kerja:

1986 1988 Guru fisika SMAK 1 Pintu Air

1988 1989 Teaching Assistant Physics Dept. College of William and Mary

1989 1993 Research Assistant Physics Dept. College of William and Mary

Pemimpin pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Karawaci sejak

ikut Olimpiade Fisika Internasional

1994 Researcher/Postdoc Continous Electron Beam Accelerator Facilities.

1995 1997 Peneliti Jurusan Fisika Universitas Indonesia

1998 2003 International Center for Physics and Mathematics Univ. Pelita Harapan

2003 2004 Dekan Fakultas Sains dan Matematika Univ. Pelita Harapan

2004 2005 CEO The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering

(The Mochtar Riady Institute)

2005 Dewan penyantun (majelis wali amanah) Sekolah Tinggi Assalamiyah Banten.

2005 Professor Fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2007 Rektor Universitas Multimedia Nusantara

52 Publikasi Ilmiah

64 Makalah yang diseminarkan

68 Artikel fisika di majalah dan koran

28 Judul buku

29 Prestasi yang membanggakan dan mengharumkan bangsa

Delapan kali menjadi dewan juri


Yohanes Surya, Membuka jalan bagi Indonesia meraih Nobel


Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Walaupun sudah punya Greencard (ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika di Indonesia.


Pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995 –1998). Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.


Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains/fisika. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).


Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya “Petualangan di Dunia Fantasi”, dan “Tralala-trilili” di RCTI. Di luar aktifitasnya di atas, Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional dengan menduduki posisi strategis Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku "Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia" yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO

Yohanes Surya adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan. Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten dan kini Prof. Yohanes Surya menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) diseluruh Indonesia.

"Bila Yohanes Pembatis mempersiapkan jalan bagi Yesus, maka Yohanes Surya membuka jalan bagi Indonesia meraih Nobel," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar