Halaman

Jumat, 04 Juni 2010

Salam Redaksi



Syalom teman-teman seperjuangan, pada edisi kedua tepatnya di bulan mei ini Buletin CC mengangkat topik tentang korupsi.
Penyakit masyarakt ini memang sudah ada sejak zaman penjajahan dan terus tumbuh subur samapi sekarang dan karena begitu lamanya kondisi ini terus berlangsung korupsi seakan-seakan telah menjadi budaya. Masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar berita tentang pejabat yang melakukan korupsi dan cenderung "memakluminya". Pemerintah memang sudah melakukan tindakan untuk memberantasnya namun hasil yang dicapai tidak terlalu mengembirakan,

Sebagai generasi muda yang "katanya" berintelektual, setiap pribadi dari kita harus turut berperan serta dalam upaya memberantas korupsi, dimulai dari diri sendiri dengan memiliki pemahaman tentang bahaya korupsi dan menciptakan lingkunga yang mencegah tumbuh suburnya budaya korupsi. Untuk itulah generasi muda sekarang ini perlu di "tempah" agar kelak menjadi pemimpin yang ANTI KORUPSI dan berintegritas.

Kami menyadari masih banyak terjadi kesalahan dalam pembuatan buletin ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan untuk edisi selanjutnya.

Maaf tidak semua buletin di posting di blog ini, namun jangan kuatir bagi abang/kakak alumni maupun teman – teman bisa mendapatkan buletin CC ini secara lengkap dengan mendownload nya dengan klik link :

http://www.4shared.com/document/YFX6gskD/BULETIN_II_PDF.html

Atas dukungannya kami ucapkan terimakasih. Tuhan Yesus Memberkati

Tim Redaksi :
Laju (Ep'06), Januar (M'06), Henry (Ak'08), Rolis (Ep'08)

KULTUR ANTI KORUPSI

Mungkin sebagian besar kita sudah sangat sering bahkan jenuh mendengar kata korupsi. Kita selalu disuguhi dengan berita-berita tentang kasus korupsi, korupsi pajak hingga puluhan miliar, korupsi Gubsu hingga korupsi skala kecil-kecilan di kantor camat atau lurah. Ditambah lagi dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh KPK saat ini. Dua orang pimpinan lembaga pemberantas korupsi yang kembali dikaitkan dalam kasus kriminal. Berita ini menambah karut marut masalah korupsi yang dilakukan para pejabat negara ini.

Namun kita tidak boleh hanya menyalahkan dan mengutuk sikap-sikap dari birokrat negara kita. Perlu kita sadari bahwa praktik-praktik korup tidak hanya dimonopoli oleh para pemegang kekuasaan atau para pembuat kebijakan saja (struktural). Sikap-sikap dari masyarakat arus bawah (secara kultural) seperti melegalkan suap saat ditilang polantas, mengurus SIM secara instan, melakukan negosiasi saat pembayaran pajak turut menyuburkan praktik korupsi di tingkat birokrat.

Karena mungkin sulit bagi kita memberantas secara struktural, yang berarti harus memiliki jabatan/posisi tertentu terebih dahulu, cara yang dapat kita tempuh adalah melawan korupsi melalui budaya (kultural). Seperti juga yang didengung-dengungkan dalam kampanye Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), yaitu melawan korupsi dengan membentuk budaya anti korupsi secara massal.

Budaya anti korupsi ini dapat diterapkan di kalangan mahasiswa. Dengan membentuk sikap-sikap seperti menolak menyuap dosen,sikap yang tidak berorientasi hanya pada nilai, menolak menyuap pada saat pengurusan wisuda berarti mahasiswa telah membentuk budaya anti korupsi. Meskipun tidak member dampak secara instan, namun sikap-sikap seperti akan memberikan manfaat dalam jangka panjang. Dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dari bangku perkuliahan, mahasiswa dengan sendirinya mempersiapkan diri sendiri untuk menjadi seorang pemimpin yang berintegritas yang akan menggantikan generasi tua bangsa ini.

Oleh karena itu membentuk budaya anti korupsi menjadi urgent sifatnya. Hal ini dapat dimulai dari dalam diri sendiri dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi (integritas, kejujuran, disiplin), menyebarkannya kepada orang-orang di lingkungan sekitar, untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini. Semoga !

Oleh: Henry J.Purba
Disadur dari diskusi CC Ekonomi, 23 April 2010

Memberi Makna Rutinitas

Suatu hari ketika sedang duduk santai, sebuah apel gugur dari dari rantingnya dan jatuh ke tanah tak jauh dari tempat Isaac Newton duduk. Apa implikasi dari kejadian sederhana tersebut? Sir Newton bisa saja tidak memperhatikan mengacuhkan apel yang jatuh tersebut. Namun sebaliknya, ia sangat menaruh perhatian pada momen itu dan memaknainya dengan sangat dalam dan serius. Berawal dari kejadian sederhana inilah muncul salah satu karya Newton tentang hukum gravitasi yang termasyur itu. Masih ada beberapa tokoh dunia lain yang menciptakan karya-karya besar yang diawali dengan kejadian-kejadian kecil di sekitar mereka.

Lantas bagaimana kaitan antara kisah di atas dengan kehidupan mahasiswa? Sebagaimana yang kita ketahui dan kita alami sendiri, kehidupan mahasiswa juga dipenuhi dengan berbagai macam kegiatan dan peristiwa yang biasa kita sebut dengan rutinitas. Rutinitas yang umum dijalani antara lain adalah pergi ke kampus, mengerjakan tugas-tugas dari dosen, UTS dan UAS. Lain lagi jika ada yang mengikuti les tambahan, praktikum dan kegiatan organisasi intra maupun ekstra kampus. Tidak mengherankan jika mahasiswa sering merasa jenuh dan bosan di tengah perkuliahan dan kesibukan mereka, kehilangan arah dan semangat, merasa melakukan hal-hal yang sama dan tak berarti di tiap semesternya.

Kejenuhan bisa muncul karena melakukan hal-hal monoton secara terus-menerus. Dan seperti yang kita ketahui, hal-hal yang dilakukan secara terus-menerus akan mengurangi nilai guna dan kepuasannya (marginal utility dalam istilah ekonomi). Hal ini pulalah yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa. Mahasiswa telah mengalami pengurangan makna dalam setiap rutinitas yang mereka jalani. Tidak ada jalan keluar untuk menghadapi persolan tersebut selain kembali memberikan makna atas setiap rutinitas yang kita lakukan.

Memberi makna berarti menyertakan arah dan tujuan yang jelas dan yang ingin dicapai dalam setiap pekerjaan. Kita dapat memaknai bahwa setiap pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh kampus sebagai sarana untuk membuat kita lebih disiplin dalam mengerjakan tugas dan mempersiapkan kita dengan kesibukan yang lebih berat di dunia kerja. Kita bisa memaknai setiap hal-hal kecil yang kita kerjakan adalah untuk mempersiapkan diri kita untuk tangung jawab yang lebih besar yang akan diberikan kepada kita. Kita dapat memanai setiap kejadian di sekitar kita sebagaimana Sir Isaac Newton memaknai momen apel yang jatuh ke tanah. Dengan demikian apabila rasa jenuh dan bosan mulai muncul kita dapat mengingat kembali akan tujuan kita dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

Kita tahu bahwa tanggung jawab besar tak akan diserahkan kepada kita jika kita tidak sanggup mempertanggungjawabkan hal-hal kecil yang dipercayakan kepada kita (Lukas 16:10). Karenanya sebagai mahasiswa kita jangan sampai kehilangan makna dalam setiap tugas dan tanggung jawab diberikan kepada kita guna mempersiapkan diri kita untuk pekerjaan yang lebih besar untuk terlibat langsung menghadapi permasalahan bangsa dan negara bahkan dunia ini.

Hidup mahasiswa !

-Henry J. Purba

OPINI "Insan Pemerhati"

Setiap orang butuh diperhatikan. Sanguin ingin diperhatikan melalui ocehannya. Koleris ingin diperhatikan melalui keras kepalanya. Melankolis ingin diperhatikan melalui analisisnya. Plegmatis ingin diperhatikan juga melalui kedamaiannya. Namun sayangnya, banyak orang justru melakukan hal-hal yang buruk agar mereka selalu menjadi sumber perhatian. Masih melekat di ingatan kita ulah salah seorang anggota dewan dalam Pansus Century beberapa minggu yang lalu. Beliau sengaja menggunakan kata-kata yang kasar agar media menyorotinya. Padahal, seharusnya beliau mencontohkan hal-hal teladan sebagai anggota dewan jika beliau memang ingin memperjuangkan kebenaran.

Sebenarnya, jika diteliti lebih dalam, di gedung DPR itu sendiri banyak diisi oleh anggota - anggota yang tidak berkompeten. Salah satu televisi swasta nasional Indonesia pernah beberapa kali memantau "isi" dari Gedung Senayan tersebut. Ternyata, banyak anggota dewan yang tidak mengetahui apa itu hak angket! Dan yang lebih parahnya lagi, banyak yang tidak hapal urutan Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya! Kacau! Alhasil, gedung dewan itu banyak diisi oleh si "penggembira".

Kita bisa melihat buktinya dalam Rapat Paripurna Pansus Century kemaren. Mereka semua ribut agar mereka itu diperhatikan oleh Ketua Umum DPR. Namun, sebagian besar berceloteh yang aneh-aneh. Tapi, mereka tak sadar bahwa rapat itu disiarkan oleh media, sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia menyaksikan "Opera" jalannya rapat dengan saksama. Sehingga, suasana rapat itu tidak ubahnya seperti obral di pasar. Sungguh ironis.

Kita bukan hanya harus membicarakan para angota dewan, tapi juga tentang status kita sebagai mahasiswa. Umumnya, mahasiswa ingin mereka diperhatikan melalui aksi unjuk rasa. Bahkan, tak jarang kita melakukan tindak anarkis agar kita benar-benar diperhatikan. Apakah Anda sadar bahwa semua itu tidak penting? Kita memang perlu melakukan aksi unjuk rasa, tapi anarkisme bukanlah solusi yang tepat. Sebab, anarkisme sama sekali tidak bermanfaat, malah hanya mengundang perselisihan yang semakin memperkeruh suasana, bukan menemukan solusi. Dan seringnya anarkisme itu malah mengganggu kehidupan orang lain. Jadi, jika kita ingin diperhatikan oleh orang lain, kita perhatikan dulu diri kita sendiri apakah kita telah memerhatikan orang lain?

Juan...

Lomba Menulis Perkantas

Perkantas Nasional mengundang mahasiswa dan alumni baru Kristen Indonesia untuk mengikuti lomba menulis artikel, bertema "Mahasiswa dan Kebangsaan".


Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Peserta adalah mahasiswa dan alumni baru Kristen berusia maksimal 25 tahun.
2. Peserta hanya boleh menulis satu artikel dan tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
3. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekedar kompilasi,bukan rangkuman pendapat / buku orang lain.
4. Tidak dikirimkan bersamaan ke lomba menulis lain dan belum pernah dimuat di media lain termasuk blog.
5. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, tanpa mengabaikan nilai- nilai kristiani dengan tidak menggunakan bahasa/lambang/simbol ke-Kristenan.
6. Topik yang diurai atau dibahas adalah yang aktual, relevan dan tidak mengandung SARA.
7. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangannya, pencerahannya, pendekatannya, sarannya, maupun solusinya.
8. Uraian bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
9. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter ( dengan spasi ) ditulis dengan program Words.
10. Peserta wajib menyertakan kartu identitas berupa KTP atau kartu mahasiswa (Termasuk Nomor telepon/HP ).
11. Artikel dikirimkan melalui surat elektronik di mediaperkantas@centrin.net.id, paling lambat tanggal 28 JUNI 2010.
12. Pemenang diumumkan saat acara Kamp Nasional Mahasiswa, tanggal 17 Agustus 2010.

Tim Juri:
1. Bpk. Yonky Karman ( Dosen STTJ dan Penulis Kompas )
2. Bpk. Thomas N. Pattiradjawane ( Penulis )
3. Bpk. Yoel Indrasmoro ( Sekum YKBK dan Penulis Buku )
4. Bpk. Samuel Tumanggor ( Penulis Buku )
Hadiah
Pemenang 1 : Netbook
Pemenang 2 : Rp. 1.000.000,-
Pemenang 3 : Rp. 500.000,-
Terbaik 1, 2, dan 3 : @Rp. 200.000,-
Informasi lengkap mengenai kedua acara ini dapat menghubungi : Divisi Media-
Perkantas Nasional, Telp. 021-3440305 ( jam kerja ) atau melalui
mediaperkantas@centrin.net.id

I Have a dream

I have a dream..

Suatu saat akan terbit terang

Yang menambah semarak warna cemerlang

Langit jingga negeri swarna phraya

Saat itu ada banyak canda tawa,

Cerita cinta, retas pentas, lagu merdu, dan tari menari

Semuanya menyatu, berpadu dalam euphoria

Di batas senja yang merekah

Tiada lagi haling-belalang

Tiada lagi korup-korup

Tiada lagi tikus-tikus

Yang selama ini menggorogoti sampai mati,

Mendesak sampai sesak

Mengikis sampai tipis

Sungguh, sampah-sampah telah terkubur

Dalam sumpah serapah dan petuah

I have a dream..

Suatu saat anak petani dan anak menteri

Dapat saling merangkul dan bersiul sama ceria

Pak direktur dan pak kondektur

Dapat berdiri sama tinggi

Dan bergerak sama hentak

Mereka berlari menembus batas-batas

Menggelindingkan bola-bola harapan,

Untuk sebuah masa depan

Merekatkan jari-jemari dan bersiap

Untuk suatu terobosan

Ya inilah kisah tentang memori hari depan

Bukan tentang kemelaratan atau kehancuran..

Bukan pula tentang ratapan atau tangisan..

Tetapi tentang kesukaan dan kejayaan..

Sebuah kisah dari negeri nan jauh di timur

Mereka menyebutnya Swarna Phraya

Aku menyebutnya.. Indonesia

Karya : Winda Silitonga (Ak'07)

Senin, 17 Mei 2010

Hal Kegiatan Misi

Syaloom rekan – rekan pembaharu bangsa!!
Campus Concern akan mengadakan kegiatan misi kepada anak - anak jalanan di daerah aksara pada tanggal 23 Mei 2010. Adapun acara ini kami selenggarakan dalam rangka berbagi kasih bersama saudara – saudara kita yang kurang mampu. Mungkin selama ini kita hanya fokus pada daerah di sekeliling kita yaitu kampus. Kami tim kerja Campus Concern ingin mengajak kita semua untuk melihat lebih jauh lagi. Bukan hanya kampus yang harus kita perbaiki, melainkan generasi muda penerus bangsa juga harus kita perhatikan. Harapan kami saudara – saudara kita yang tidak seberuntung kita dapat merasakan kasih Kristus melalui kita dan semakin menguatkan tekad untuk tidak meninggalkan bangku pendidikan. Karena bangsa yang besar didukung oleh pemimpin – pemimpin yang terdidik dan bermoral. Jangan hanya menunggu peran pemerintah karena kita merasa hal – hal tersebut hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi lebih lagi hal ini juga merupakan tanggung jawab kita semua. Mari kita mulai dengan kegiatan yang sederhana dahulu. Semoga kita bisa melaksanakan kegiatan yang bisa menjangkau lebih luas lagi di masa yang akan datang.

Adapun rincian transaksi dana yang kami anggarkan adalah sebagai berikut:
Pemasukan
1. Sumbangan alumni Rp 600.000,-

2. Aksi mengamen Rp 300.000,-

3. KMK Rp 100.000,-
Total Rp 1.000.000,-

Pengeluaran
1. Bingkisan untuk anak jalanan berupa:
Buku isi 50 lembar
40 @ Rp 3.000,- Rp 120.000,-
Pulpen + pensil + penghapus
40 @ Rp 3.000,- Rp 120.000,-
Sabun
40 @ Rp 2.000,- Rp 80.000,-
Pasta gigi
40 @ Rp 3.000,- Rp 120.000,-
Sikat gigi
40 @ Rp 2.500,- Rp 100.000,-
Plastik pembungkus warna
40 @ Rp 1.500,- Rp 60.000,-

2. Kue (snack )
70 @ Rp 3.000,- Rp 210.000,-

3. Minuman
Aqua 2 kotak @ Rp 20.000,- Rp 40.000,-

4. Kotak pensil (pemenang games)
3 @ Rp 10.000,- Rp 30.000,-

5. Snack (pemenang games)
3 kelompok @ Rp 20.000,- Rp 60.000,-

6. Isolasi, double tape dan keperluan lain – lain Rp 30.000,-

7. Dana taktis Rp 30.000,-

Total Rp 1.000.000,-

Demikian rincian dana yang kami anggarkan. Kami sangat mengharapkan dukungan dari teman – teman serta para alumni baik dari segi dana maupun doa serta kehadiran teman – teman semua.

Untuk pengiriman bantuan dana dapat disampaikan melalui rekening BNI atas nama PRATIWI PRIMA EKASARI S dengan nomor rekening 0134430781 Bank BNI Cabang USU
Dan mohon konfirmasi ke nomor 081376367384.

Semoga apa yang kita rencanakan Tuhan izinkan dan dapat berjalan dengan semestinya.

Tuhan Yesus memberkati,

Tim Kerja
Campus Concern FE-USU

Minggu, 09 Mei 2010

BIOGRAFI YOHANES SURYA

Nama : Yohanes Surya
Lahir : Jakarta 6 November 1963
Isteri : Christina
Anak : Chrisanthy Rebecca Surya
Marie Felicia Surya
Marcia Ann Surya


Pendidikan

1968 – 1974 : SD Pulogadung Petang II Jakarta Timur

1974 – 1977 : SMPN 90 Jakarta

1977 – 1981 : SMAN 12 Jakarta

1981 – 1986 : Jurusan Fisika FMIPAUI dengan gelar Drs.

1988 – 1990 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar M.Sc.

1990 – 1994 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar Ph.D GPA 4.0


Pengalaman Kerja:

1986 1988 Guru fisika SMAK 1 Pintu Air

1988 1989 Teaching Assistant Physics Dept. College of William and Mary

1989 1993 Research Assistant Physics Dept. College of William and Mary

Pemimpin pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Karawaci sejak

ikut Olimpiade Fisika Internasional

1994 Researcher/Postdoc Continous Electron Beam Accelerator Facilities.

1995 1997 Peneliti Jurusan Fisika Universitas Indonesia

1998 2003 International Center for Physics and Mathematics Univ. Pelita Harapan

2003 2004 Dekan Fakultas Sains dan Matematika Univ. Pelita Harapan

2004 2005 CEO The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering

(The Mochtar Riady Institute)

2005 Dewan penyantun (majelis wali amanah) Sekolah Tinggi Assalamiyah Banten.

2005 Professor Fisika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2007 Rektor Universitas Multimedia Nusantara

52 Publikasi Ilmiah

64 Makalah yang diseminarkan

68 Artikel fisika di majalah dan koran

28 Judul buku

29 Prestasi yang membanggakan dan mengharumkan bangsa

Delapan kali menjadi dewan juri


Yohanes Surya, Membuka jalan bagi Indonesia meraih Nobel


Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Walaupun sudah punya Greencard (ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika di Indonesia.


Pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995 –1998). Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.


Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains/fisika. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).


Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya “Petualangan di Dunia Fantasi”, dan “Tralala-trilili” di RCTI. Di luar aktifitasnya di atas, Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional dengan menduduki posisi strategis Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku "Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia" yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO

Yohanes Surya adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan. Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten dan kini Prof. Yohanes Surya menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) diseluruh Indonesia.

"Bila Yohanes Pembatis mempersiapkan jalan bagi Yesus, maka Yohanes Surya membuka jalan bagi Indonesia meraih Nobel," katanya.

KISAH HIDUP JONATHAN PARAPAK

Perjuangan Untuk Mencapai Cita-cita

Masa kecil Jonathan Parapak banyak diwarnai kehidupan sekitar hutan di tempat tugas ayahnya, Kanaka’ Palinggi. Mulai dari ketika ia masih dalam kandungan ibunya, Ny. Sule Palinggi. Ketika itu ayahnya bertugas sebagai pegawai Jawatan Kehutanan di desa terpencil yang hanya mungkin dijangkau dengan berjalan kaki atau naik kuda yakni Desa Limbong, Rongkong, Kecamatan Salu Tallang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Keluarga Kanaka' Palinggi, semula adalah pemeluk agama suku yang dalam bahasa Toraja disebut Alukta (Aluk Todolo). Kemudian keluarga itu memutuskan untuk masuk agama Kristen di Rongkong sebelum Limbong lahir. Limbong sendiri baru dibaptis pada 1949, dan diberi nama baptis Jonathan, yang dalam keluarga dipanggil Nathan.

Sekolah bagi Nathan, merupakan perjuangan berat karena jarak yang harus ditempuh, faktor ekonomi dan keamanan, baik di desa maupun sesudah pindah ke kota kecil Rantepao. Seusai jam sekolah ia giat menggembalakan kerbau, ikut bekerja di sawah, dan juga melaksanakan berbagai tugas dalam keluarga. Nathan mulai sekolah pada umur 7 tahun di Desa Ulusalu, kemudian pindah ke Desa La'bo'. Kemudian ke kota kecil Rantepao. Untuk sedikit meringankan beban ekonomi, jiwa wiraswastanya mulai muncul saat masih di SMP. Dalam skala amat kecil, ia berdagang ayam, pisang dan gula-gula (permen). Keadaan sekolah cukup memprihatinkan. Tidak ada guru tetap, semua adalah pengerahan tenaga mahasiswa (PTM), ruangan kelas dibentuk dari aula yang dipinjam. Nathan belajar di SMA di Rantepao sampai kelas II. Untuk kelas III, oleh kakak ipar ia diantar ke Makassar untuk menyelesaikan pelajaran di SMA Negeri Bawakaraeng. Selepas dari SMA, Nathan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada waktu yang bersamaan ia mengikuti proses seleksi beasiswa Colombo Plan. Ternyata Nathan terpilih dan ia bersama beberapa mahasiswa lainnya berangkat ke Australia, November 1961. Nathan yang tidak pernah hidup dalam rumah yang diterangi listrik sampai pindah ke asrama di Makassar, memberanikan diri mengambil jurusan listrik arus lemah (telekomunikasi). Nathan menyelesaikan studinya tepat waktu dengan hasil yang cukup baik. Sehingga ia diterima melanjutkan studi pada strata II, Program Master of Engineering Science, yang diselesaikan tepat waktu pula.

Kembali ke Indonesia

Berbekal ilmu yang diperoleh di universitas dan pengalaman kerja di berbagai bidang, Nathan kembali ke Indonesia pada September 1969. Semula ia berharap untuk mengabdi di lingkungan Perumtel (PT Telkom waktu itu), namun akhirnya ia bergabung tahun itu juga dengan Indosat (PMA), anak perusahaan International Telegraph & Telephone (ITT). Sebuah perusahaan yang dibentuk atas kerjasama AS-RI di bidang telekomunikasi. Karirnya di lingkungan Indosat, dimulai dari bawah, menarik kabel, memelihara perangkat komunikasi, menginstalasi perangkat telekomunikasi, dan pimpinan proyek stasiun bumi, sistem komunikasi kabel laut. Hingga dalam waktu relatif singkat meningkat ke jajaran manajemen sampai ia menjadi pimpinan Indosat (PMA-ITT) pada usia yang masih sangat muda. Selama Indosat masih berada di lingkungan ITT dengan Kantor Pusat di New York, Parapak mendapat kesempatan belajar dan membuktikan bahwa ia bisa memimpin perusahaan yang berteknologi canggih, berskala intemasiona1. Ia ikut merintis pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut ASEAN, Sistem Komunikasi Kabel Laut ke Timur Tengah, Eropa dan Australia. Ia segera mendapat kesempatan mewakili perusahaan di berbagai pertemuan dan konferensi internasional, seperti di International Telecommunication Union (ITU), di Intelsat (International Satellite System), Inmarsat (International Maritime Satellite System). Ia pun menjadi figur internasional yang diperhitungkan dan diundang sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar. Tidak lama ia menduduki posisi puncak di Indosat (ITT), pada tahun 1980 pemerintah memutuskan untuk membeli seluruh saham Indosat. Keputusan Pemerintah Indonesia ini sangat mengejutkan ITT, karena kontraknya seharusnya sampai tahun 1989. Sebagai Pimpinan Puncak (Managing Director), Parapak menghadapi dilema, kepentingan nasional atau kelanjutan kontrak (perjanjian) yang sah. Parapak mengambil posisi bahwa kepentingan nasional, keputusan pemerintah harus didahulukan. Namun pembelian seyogianya dilaksanakan dengan dasar win-win agar citra bangsa tetap terpelihara. Parapak sangat terlibat dalam seluruh proses negosiasi yang akhirnya dapat mempengaruhi manajemen ITT untuk menerima keputusan Pemerintah. Parapak bekerja keras siang malam, antara Jakarta dan New York. Akhirnya dalam waktu singkat dicapai kesepakatan harga yang dinilai adil untuk kedua belah pihak.

Indosat Jadi BUMN

Pada akhir 1980, resmilah Indosat menjadi BUMN penyelenggara telekomunikasi internasional. Pada akhir kesepakatan antara ITT dan Pemerintah Indonesia, Parapak ditawari jabatan penting di ITT, dan pada waktu yang sama diminta oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi Direktur Utama Indosat (BUMN) yang pertama. Parapak tanpa ragu-ragu memilih untuk menjadi Dirut Indosat (BUMN), walaupun gaji dan remunerasi yang ditawarkan jauh lebih rendah. Di bawah kepemimpinannya, Indosat mengalami transformasi manajemen, kultur perusahaan, pengembangan sumber daya manusia. Indosat maju pesat dan mendapat perhatian para pengamat dan para ahli manajemen, telekomunikasi nasional dan internasional. Sehingga dalam waktu singkat Indosat menjadi salah satu BUMN terbaik di Indonesia dan berulangkali memperoleh penghargaan nasional dan intemasional. Di Indosat, masalah pendidikan dan latihan sangat diberi prioritas sehingga profesional muda pun, kalau dinilai siap, diberi tanggung jawab. Ia sendiri menjadi pimpinan puncak pada saat berumur 36 tahun. Di Depparpostel, ia gigih mendukung pembaruan, perluasan dan penyempurnaan pendidikan dan latihan. Ia ikut mendirikan Akademi Pariwisata di Medan dan Makassar. Ia menggagas program beasiswa untuk pendidikan telekomunikasi dan teknologi informasi.

Sekjen Depparpostel

Parapak menjadi pimpinan puncak di Indosat sampai tahun 1991, pada saat itu ia diminta oleh Pemerintah melalui Menteri Susilo Soedarman menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Depparpostel). Kembali Parapak tanpa ragu menerima tawaran tersebut wa1aupun gaji dan remunerasi sangat kecil dibanding apa yang diperoleh sebagai Dirut Indosat. Ia pun tidak mempersoa1kan golongan yang diberikan, hanya III D, walaupun diberi pangkat lokal IV D. Semua itu ia syukuri dan terima sebagai kesempatan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Parapak menjadi Sekjen Depparpostel hampir 8 tahun, suatu periode yang cukup lama, mendampingi empat menteri, yaitu almarhum Susilo Soedarman, Joop Ave, A. Latief dan Marzuki Usman. Salah satu aspek yang selalu mendapat perhatian khusus Parapak adalah pengembangan sumber daya manusia. Tampaknya pengalaman pribadinya sangat berperan dalam memotivasinya untuk memajukan sebanyak mungkin anak bangsa.

Peran di Masyarakat

Parapak merupakan pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pelayanan Mahasiswa, Perkantas. Di bidang kegiatan dan pelayanan Gerejani, ia juga memrakarsai beberapa yayasan, antara lain ia adalah sa1ah satu pendiri dan Ketua Yayasan Damai Sejahtera untuk Pelayanan dan Kesaksian, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pembaca Alkitab. Ia Ketua Dewan Penasihat PIKI (Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia), Ketua Dewan Penyantun STT Jakarta, Ketua Dewan Penyantun STT Rantepao.
Menikah dengan gadis dari Australia

Nathan tidak hanya berhasil menuntut ilmu di Negeri Kanguru, tapi ternyata juga akhirnya ia mempersunting gadis dari Australia. Menurut penuturannya, ia berkenalan dengan Anne Atkinson melalui persekutuan Kristen di Universitas Tasmania. Mereka bersama melayani sebagai pengurus di kampus dan dalam pelayanan lainnya. Bibit perkenalan di Australia itu berkembang menjadi cinta. Yaitu setelah beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1970, Anne bertugas sebagai sukarelawati ke Indonesia, dan menjadi dosen sastra Inggris di Universitas Padjadjaran Bandung. Akhirnya mereka menikah 4 Desember 1971, setelah Anne merasa dapat tinggal di Indonesia. Perkawinan itu dikaruniai tiga anak, semuanya perempuan, yaitu Esther, Lise, dan Kathryn. Semua anak sudah menikah.

Satu hal yang perlu digarisbawahi tentang Parapak, yakni kemampuannya mengatur waktu sehingga pelayanan, pertisipasi dan bahkan kepemimpinannya dalam berbagai organaisasi atau lembaga selalu maksimal. Itu sebabnya ia merasa heran kalau ada orang yang menolak pelayanan atau tugas dengan alasan sibuk. Ia memang telah membuktikan dirinya sebagai sosok yang mampu melakukan penatalayanan waktu yang diberikan Tuhan kepadanya secara bertanggung jawab.
Latar belakangnya sebagai orang desa yang akhirnya mengarungi dunia intemasional, tidak membuatnya lupa akan keakrabannya dengan alam, sesama maupun Tuhannya. Bahkan, semua pengalaman dan pemahaman itu membuatnya menjadi manusia yang berimbang. Ia mampu membangun sikap yang seimbang terhadap alam dan teknologi, terhadap sesama manusia dan terhadap Tuhan Allahnya.