Halaman

Jumat, 04 Juni 2010

Salam Redaksi



Syalom teman-teman seperjuangan, pada edisi kedua tepatnya di bulan mei ini Buletin CC mengangkat topik tentang korupsi.
Penyakit masyarakt ini memang sudah ada sejak zaman penjajahan dan terus tumbuh subur samapi sekarang dan karena begitu lamanya kondisi ini terus berlangsung korupsi seakan-seakan telah menjadi budaya. Masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar berita tentang pejabat yang melakukan korupsi dan cenderung "memakluminya". Pemerintah memang sudah melakukan tindakan untuk memberantasnya namun hasil yang dicapai tidak terlalu mengembirakan,

Sebagai generasi muda yang "katanya" berintelektual, setiap pribadi dari kita harus turut berperan serta dalam upaya memberantas korupsi, dimulai dari diri sendiri dengan memiliki pemahaman tentang bahaya korupsi dan menciptakan lingkunga yang mencegah tumbuh suburnya budaya korupsi. Untuk itulah generasi muda sekarang ini perlu di "tempah" agar kelak menjadi pemimpin yang ANTI KORUPSI dan berintegritas.

Kami menyadari masih banyak terjadi kesalahan dalam pembuatan buletin ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan untuk edisi selanjutnya.

Maaf tidak semua buletin di posting di blog ini, namun jangan kuatir bagi abang/kakak alumni maupun teman – teman bisa mendapatkan buletin CC ini secara lengkap dengan mendownload nya dengan klik link :

http://www.4shared.com/document/YFX6gskD/BULETIN_II_PDF.html

Atas dukungannya kami ucapkan terimakasih. Tuhan Yesus Memberkati

Tim Redaksi :
Laju (Ep'06), Januar (M'06), Henry (Ak'08), Rolis (Ep'08)

KULTUR ANTI KORUPSI

Mungkin sebagian besar kita sudah sangat sering bahkan jenuh mendengar kata korupsi. Kita selalu disuguhi dengan berita-berita tentang kasus korupsi, korupsi pajak hingga puluhan miliar, korupsi Gubsu hingga korupsi skala kecil-kecilan di kantor camat atau lurah. Ditambah lagi dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh KPK saat ini. Dua orang pimpinan lembaga pemberantas korupsi yang kembali dikaitkan dalam kasus kriminal. Berita ini menambah karut marut masalah korupsi yang dilakukan para pejabat negara ini.

Namun kita tidak boleh hanya menyalahkan dan mengutuk sikap-sikap dari birokrat negara kita. Perlu kita sadari bahwa praktik-praktik korup tidak hanya dimonopoli oleh para pemegang kekuasaan atau para pembuat kebijakan saja (struktural). Sikap-sikap dari masyarakat arus bawah (secara kultural) seperti melegalkan suap saat ditilang polantas, mengurus SIM secara instan, melakukan negosiasi saat pembayaran pajak turut menyuburkan praktik korupsi di tingkat birokrat.

Karena mungkin sulit bagi kita memberantas secara struktural, yang berarti harus memiliki jabatan/posisi tertentu terebih dahulu, cara yang dapat kita tempuh adalah melawan korupsi melalui budaya (kultural). Seperti juga yang didengung-dengungkan dalam kampanye Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), yaitu melawan korupsi dengan membentuk budaya anti korupsi secara massal.

Budaya anti korupsi ini dapat diterapkan di kalangan mahasiswa. Dengan membentuk sikap-sikap seperti menolak menyuap dosen,sikap yang tidak berorientasi hanya pada nilai, menolak menyuap pada saat pengurusan wisuda berarti mahasiswa telah membentuk budaya anti korupsi. Meskipun tidak member dampak secara instan, namun sikap-sikap seperti akan memberikan manfaat dalam jangka panjang. Dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dari bangku perkuliahan, mahasiswa dengan sendirinya mempersiapkan diri sendiri untuk menjadi seorang pemimpin yang berintegritas yang akan menggantikan generasi tua bangsa ini.

Oleh karena itu membentuk budaya anti korupsi menjadi urgent sifatnya. Hal ini dapat dimulai dari dalam diri sendiri dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi (integritas, kejujuran, disiplin), menyebarkannya kepada orang-orang di lingkungan sekitar, untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini. Semoga !

Oleh: Henry J.Purba
Disadur dari diskusi CC Ekonomi, 23 April 2010

Memberi Makna Rutinitas

Suatu hari ketika sedang duduk santai, sebuah apel gugur dari dari rantingnya dan jatuh ke tanah tak jauh dari tempat Isaac Newton duduk. Apa implikasi dari kejadian sederhana tersebut? Sir Newton bisa saja tidak memperhatikan mengacuhkan apel yang jatuh tersebut. Namun sebaliknya, ia sangat menaruh perhatian pada momen itu dan memaknainya dengan sangat dalam dan serius. Berawal dari kejadian sederhana inilah muncul salah satu karya Newton tentang hukum gravitasi yang termasyur itu. Masih ada beberapa tokoh dunia lain yang menciptakan karya-karya besar yang diawali dengan kejadian-kejadian kecil di sekitar mereka.

Lantas bagaimana kaitan antara kisah di atas dengan kehidupan mahasiswa? Sebagaimana yang kita ketahui dan kita alami sendiri, kehidupan mahasiswa juga dipenuhi dengan berbagai macam kegiatan dan peristiwa yang biasa kita sebut dengan rutinitas. Rutinitas yang umum dijalani antara lain adalah pergi ke kampus, mengerjakan tugas-tugas dari dosen, UTS dan UAS. Lain lagi jika ada yang mengikuti les tambahan, praktikum dan kegiatan organisasi intra maupun ekstra kampus. Tidak mengherankan jika mahasiswa sering merasa jenuh dan bosan di tengah perkuliahan dan kesibukan mereka, kehilangan arah dan semangat, merasa melakukan hal-hal yang sama dan tak berarti di tiap semesternya.

Kejenuhan bisa muncul karena melakukan hal-hal monoton secara terus-menerus. Dan seperti yang kita ketahui, hal-hal yang dilakukan secara terus-menerus akan mengurangi nilai guna dan kepuasannya (marginal utility dalam istilah ekonomi). Hal ini pulalah yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa. Mahasiswa telah mengalami pengurangan makna dalam setiap rutinitas yang mereka jalani. Tidak ada jalan keluar untuk menghadapi persolan tersebut selain kembali memberikan makna atas setiap rutinitas yang kita lakukan.

Memberi makna berarti menyertakan arah dan tujuan yang jelas dan yang ingin dicapai dalam setiap pekerjaan. Kita dapat memaknai bahwa setiap pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh kampus sebagai sarana untuk membuat kita lebih disiplin dalam mengerjakan tugas dan mempersiapkan kita dengan kesibukan yang lebih berat di dunia kerja. Kita bisa memaknai setiap hal-hal kecil yang kita kerjakan adalah untuk mempersiapkan diri kita untuk tangung jawab yang lebih besar yang akan diberikan kepada kita. Kita dapat memanai setiap kejadian di sekitar kita sebagaimana Sir Isaac Newton memaknai momen apel yang jatuh ke tanah. Dengan demikian apabila rasa jenuh dan bosan mulai muncul kita dapat mengingat kembali akan tujuan kita dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.

Kita tahu bahwa tanggung jawab besar tak akan diserahkan kepada kita jika kita tidak sanggup mempertanggungjawabkan hal-hal kecil yang dipercayakan kepada kita (Lukas 16:10). Karenanya sebagai mahasiswa kita jangan sampai kehilangan makna dalam setiap tugas dan tanggung jawab diberikan kepada kita guna mempersiapkan diri kita untuk pekerjaan yang lebih besar untuk terlibat langsung menghadapi permasalahan bangsa dan negara bahkan dunia ini.

Hidup mahasiswa !

-Henry J. Purba

OPINI "Insan Pemerhati"

Setiap orang butuh diperhatikan. Sanguin ingin diperhatikan melalui ocehannya. Koleris ingin diperhatikan melalui keras kepalanya. Melankolis ingin diperhatikan melalui analisisnya. Plegmatis ingin diperhatikan juga melalui kedamaiannya. Namun sayangnya, banyak orang justru melakukan hal-hal yang buruk agar mereka selalu menjadi sumber perhatian. Masih melekat di ingatan kita ulah salah seorang anggota dewan dalam Pansus Century beberapa minggu yang lalu. Beliau sengaja menggunakan kata-kata yang kasar agar media menyorotinya. Padahal, seharusnya beliau mencontohkan hal-hal teladan sebagai anggota dewan jika beliau memang ingin memperjuangkan kebenaran.

Sebenarnya, jika diteliti lebih dalam, di gedung DPR itu sendiri banyak diisi oleh anggota - anggota yang tidak berkompeten. Salah satu televisi swasta nasional Indonesia pernah beberapa kali memantau "isi" dari Gedung Senayan tersebut. Ternyata, banyak anggota dewan yang tidak mengetahui apa itu hak angket! Dan yang lebih parahnya lagi, banyak yang tidak hapal urutan Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya! Kacau! Alhasil, gedung dewan itu banyak diisi oleh si "penggembira".

Kita bisa melihat buktinya dalam Rapat Paripurna Pansus Century kemaren. Mereka semua ribut agar mereka itu diperhatikan oleh Ketua Umum DPR. Namun, sebagian besar berceloteh yang aneh-aneh. Tapi, mereka tak sadar bahwa rapat itu disiarkan oleh media, sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia menyaksikan "Opera" jalannya rapat dengan saksama. Sehingga, suasana rapat itu tidak ubahnya seperti obral di pasar. Sungguh ironis.

Kita bukan hanya harus membicarakan para angota dewan, tapi juga tentang status kita sebagai mahasiswa. Umumnya, mahasiswa ingin mereka diperhatikan melalui aksi unjuk rasa. Bahkan, tak jarang kita melakukan tindak anarkis agar kita benar-benar diperhatikan. Apakah Anda sadar bahwa semua itu tidak penting? Kita memang perlu melakukan aksi unjuk rasa, tapi anarkisme bukanlah solusi yang tepat. Sebab, anarkisme sama sekali tidak bermanfaat, malah hanya mengundang perselisihan yang semakin memperkeruh suasana, bukan menemukan solusi. Dan seringnya anarkisme itu malah mengganggu kehidupan orang lain. Jadi, jika kita ingin diperhatikan oleh orang lain, kita perhatikan dulu diri kita sendiri apakah kita telah memerhatikan orang lain?

Juan...

Lomba Menulis Perkantas

Perkantas Nasional mengundang mahasiswa dan alumni baru Kristen Indonesia untuk mengikuti lomba menulis artikel, bertema "Mahasiswa dan Kebangsaan".


Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Peserta adalah mahasiswa dan alumni baru Kristen berusia maksimal 25 tahun.
2. Peserta hanya boleh menulis satu artikel dan tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
3. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekedar kompilasi,bukan rangkuman pendapat / buku orang lain.
4. Tidak dikirimkan bersamaan ke lomba menulis lain dan belum pernah dimuat di media lain termasuk blog.
5. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, tanpa mengabaikan nilai- nilai kristiani dengan tidak menggunakan bahasa/lambang/simbol ke-Kristenan.
6. Topik yang diurai atau dibahas adalah yang aktual, relevan dan tidak mengandung SARA.
7. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangannya, pencerahannya, pendekatannya, sarannya, maupun solusinya.
8. Uraian bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
9. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter ( dengan spasi ) ditulis dengan program Words.
10. Peserta wajib menyertakan kartu identitas berupa KTP atau kartu mahasiswa (Termasuk Nomor telepon/HP ).
11. Artikel dikirimkan melalui surat elektronik di mediaperkantas@centrin.net.id, paling lambat tanggal 28 JUNI 2010.
12. Pemenang diumumkan saat acara Kamp Nasional Mahasiswa, tanggal 17 Agustus 2010.

Tim Juri:
1. Bpk. Yonky Karman ( Dosen STTJ dan Penulis Kompas )
2. Bpk. Thomas N. Pattiradjawane ( Penulis )
3. Bpk. Yoel Indrasmoro ( Sekum YKBK dan Penulis Buku )
4. Bpk. Samuel Tumanggor ( Penulis Buku )
Hadiah
Pemenang 1 : Netbook
Pemenang 2 : Rp. 1.000.000,-
Pemenang 3 : Rp. 500.000,-
Terbaik 1, 2, dan 3 : @Rp. 200.000,-
Informasi lengkap mengenai kedua acara ini dapat menghubungi : Divisi Media-
Perkantas Nasional, Telp. 021-3440305 ( jam kerja ) atau melalui
mediaperkantas@centrin.net.id

I Have a dream

I have a dream..

Suatu saat akan terbit terang

Yang menambah semarak warna cemerlang

Langit jingga negeri swarna phraya

Saat itu ada banyak canda tawa,

Cerita cinta, retas pentas, lagu merdu, dan tari menari

Semuanya menyatu, berpadu dalam euphoria

Di batas senja yang merekah

Tiada lagi haling-belalang

Tiada lagi korup-korup

Tiada lagi tikus-tikus

Yang selama ini menggorogoti sampai mati,

Mendesak sampai sesak

Mengikis sampai tipis

Sungguh, sampah-sampah telah terkubur

Dalam sumpah serapah dan petuah

I have a dream..

Suatu saat anak petani dan anak menteri

Dapat saling merangkul dan bersiul sama ceria

Pak direktur dan pak kondektur

Dapat berdiri sama tinggi

Dan bergerak sama hentak

Mereka berlari menembus batas-batas

Menggelindingkan bola-bola harapan,

Untuk sebuah masa depan

Merekatkan jari-jemari dan bersiap

Untuk suatu terobosan

Ya inilah kisah tentang memori hari depan

Bukan tentang kemelaratan atau kehancuran..

Bukan pula tentang ratapan atau tangisan..

Tetapi tentang kesukaan dan kejayaan..

Sebuah kisah dari negeri nan jauh di timur

Mereka menyebutnya Swarna Phraya

Aku menyebutnya.. Indonesia

Karya : Winda Silitonga (Ak'07)